-->

Welcome!

I am Rafif Difa a Student an Organizer a Sociowriter

View Creation Contact Me!

About Me

Student
Organizer
Sociowriter
Hello, I am

Muhammad Rafif Difa

"Yang lebih baik dariku banyak. Tapi yang seperti aku, hanya aku."

Kenalin. Namaku Muhammad Rafif Difa. Kelahiran Medan, 20 Agustus 2001. Mahasiswa Institut Agama Islam Tazkia Bogor, jurusan Bisnis dan Manajemen Syariah. Ikuti terus tulisanku di blog ini. Semoga dapat menginspirasi.

Student

Student college at Tazkia Institute,

Department Sharia Business and Management

Organizer

Founder Tembung Kreatif

Sociowriter

Daily writer

My Blog

Hey, Aku Rindu!

Masihkah rasa itu menggebu seperti dulu?
Saat awal kau mengenalku.

Di dadaku, rasa itu semakin bergelora.
Di dirimu, tak ku tau apakah sama?

Pada masa lalu yang masing-masing kita punya,
Aku tak permasalahkan seperti apa.

Pada masa depan di depan mata.
Baiknya mulai kita tata.

Untuk kau ketahui cintanya seorang lelaki,
Tak rela engkau didekati lelaki lain barang sesaat pun.
Dengan dan tanpa alasan apapun.

Bahkan diceritakan dirimu oleh orang lain pun ia tak sudi mendengarkan.
Walau yang dibicarakan adalah kebaikan.

Karena menurutnya yang berhak bercerita tentang dirimu hanya si lelaki,
Yang cintanya teramat dalam pada sang pujaan hati.

Kuharap rasa itu masih dan selalu menggebu,
Tak ingin padam dan selalu merindu.

Tapi satu hal yang perlu kau tau.
Aku takut mencintaimu karena nafsu.
Bukan karena ilmu.

Bagaimana sikapmu?
Maaf aku belum bisa tegas dalam hal itu.


Deli Serdang, 27 April 2020

Tak Ada Yang Bisa Dipercaya


Beberapa tak sesuai ekspektasi.
Tapi selebihnya patut disyukuri.

Kepada siapa aku akan bercerita dengan ria,
mengadu dengan tersedu,
berbagi tawa bahagia,
tak lupa pula meluapkan air mata duka yang kurasa.

Hanya kepadaMu-lah satu-satunya
tempat terakhirku bercerita segala suka dan duka,
mengadu tangis dan tawa,
mengeluhkan resah gelisah di dalam jiwa,
serta sesak yang membelenggu di dalam dada.

Tempatku ingin bercerita di saat sekarang, ragu-ragu ku untuk mengungkapkannya.
Begitupun tempatku bercerita sebelumnya, kini tak bisa lagi mendengar kisahku dengan sempurna. Beberapa sibuk dengan kisahnya masing-masing.
Beberapa yang lain sibuk mengerjakan hal-hal yang dianggap penting.
Dan beberapa yang lainnya bahkan tak mau ambil pusing.

Ternyata memang benar,
Berharap selain kepada-Nya,
tak akan pernah usai rasa kecewa.
Yang ada hanya akan menambah beban di dalam jiwa dan raga.

Kepada Engkaulah kuberserah diri,
Mencurahkan isi hati,
Memanjatkan doa terbaik untuk diri ini dan nanti.
Sembari selalu bermuhasabah dan berintrospeksi.
Memperbaiki kapasitas diri
Serta meningkatkan kualitas iman di hati.


Dramaga-Cilember, 11 Maret 2020

Menabung Kecewa


Aku selalu menginginkan kehadirannya.
Tapi sepertinya, aku hanya selingan belaka di hidupnya.
Lebih parahnya, ia seolah tak pernah benar-benar menganggapku ada.

Aku selalu menginginkan kehadirannya.
Walau aku tau resikonya.
Kecewa.
Ya, kecewa.

Ntah aku yang akan mengecewakan,
Atau aku yang akan dikecewakan.
Sebab belum saatnya aku memikirkan,
Karena banyaknya cita-cita dan impian yang harus direalisasikan.

Begitupun, banyak lagi orang yang akan dijumpai.
Dengan karakter dan sifat yang lebih baik lagi.
Tapi yang seperti dia, hanya dia.
Dan yang seperti aku, hanya aku.

Mungkin aku terlihat kuat.
Namun nyatanya hanya modal nekat.


Medan, 17 April 2020

Bibit itu


Bibit itu, yang dulu hampir mati, kini tumbuh kembali.
Haruskah kita semai dan rawat hingga tumbuh besar dan bunganya mekar?

Bibit itu, yang dulu hampir mati, kini tumbuh kembali.
Mungkinkah bibitnya hanya ada padaku, tanpa dimiliki olehmu?

Bibit itu, yang dulu hampir mati, kini tumbuh kembali.
Jika aku membiarkannya tumbuh subur,  aku takut tetiba terpikir untuk kabur, lalu siapa yang berani mengubur?

Bibit itu, yang dulu hampir mati, kini tumbuh kembali.

Deli Serdang, 8 April 2020

Untukmu Yang Berulang Tahun

Hallo... Assalamu’alaikum
Apa kabar? Semoga baik-baik aja ya?

Hari ini cerah ya. Secerah harapan orang-orang yang berharap. Bagi mereka yang tak punya harapan, secerah apapun harinya ia pasti akan selalu muram. Berharaplah... Ya setidaknya dengan harapan itu kita akan terus semangat untuk berbuat kebaikan.

Eh, btw liat matahari tadi pagi gk? Ia terbit sambil tersenyum, sepertinya masih sampai sekarang, kuharap juga sampai hari ini selesai. Langit juga dihiasi dengan awan, meneduhkan mereka yg beraktivitas. Semilir angin berhembus tenang, ditambah kicauan burung dan gemericik kolam, waahhh rasanya sangat tentram.

Entahlah, sepertinya alam tau kalau hari ini sedang ada yang berbahagia, dengan bertambahnya umur si dia, makanya alam turut berbahagia dengan fenomenanya.

Tapi satu hal yang perlu diketahui dan diingat kembali, bahwa penambahan umur sejalan dengan pengurangan jatah hidup di dunia fana ini. Kuharap ia tak lupa bermuhasabah dan berintrospeksi, agar dapat meningkatkan kualitas amal dan iman di hati.

Kuharap sama dengan diri ini. Semoga tak hanya jago menasehati, tapi juga mampu memperbaiki diri sendiri.

Akhirnya, Barakallah fii umrik Sahabat. Anak Ibu dan Bapak. Doaku, semoga doa ia dikabulkan Allah Yang Maha Pemberi Rizki, karena sejatinya hanya ia yang tau keinginan dan kebutuhannya kini dan nanti, dan hanya Allah-lah yg dapat memenuhi. Harapanku juga, semoga harapan ia tercapai sesuai keinginan di hati, tingkatkan prestasi, dan mari berkontribusi untuk negeri.

Wassalamu’alaikum...



Muhammad Rafif Difa’
(Yang raganya akan segera pergi. Ntahlah dengan jiwanya, kuharap ia turut bersama.)

Jika Kamu Sebuah Buku



Jika kamu sebuah buku, mungkin kamu adalah buku terbaik yang pernah kumiliki.
Buku yang selalu ingin kubawa untuk menemaniku kemanapun aku pergi.
Buku yang selalu ingin kubaca setiap waktu di setiap hari.
Buku yang ceritanya tak pernah selesai.
Buku yang selalu buat rasa penasaranku tak pernah usai.

Sayangnya, aku hanya satu dari banyak pecinta buku. Kamu bisa dibaca oleh siapapun, dimiliki oleh siapapun, dijaga dengan lebih baik oleh siapapun.

Andai hanya kamu satu-satunya buku, bolehkah aku yang memilikimu?


Deli Serdang, 6 April 2020

Aku, Dia, Mereka. (Masalah)


Hmmm...
Siapa sebenarnya yang salah?
Aku? Dia? Atau Mereka?
Dia menyalahkan mereka.
Mereka menyalahkan aku.
Aku menyalahkan dia.
Tak ada ujungnya..

Ntahlah, Aku bingung harus berbuat apa.
Aku bingung harus bercerita kepada siapa.
Seolah-olah tak ada lagi orang yang bisa kupercaya.

Aku selalu berpikir lagi dan lagi.
Kehadiranku, apakah sebagai pembuat masalah atau pemberi solusi?
Apakah sebagai musibah atau rahmat dari Ilahi?
Tak lupa sembari intropeksi dan bermuhasabah diri.

Pikiranku mengamuk.
Hal-hal dan ide negatif di otakku berkecamuk.
Namun masalah tak boleh dihindari.
Harus diselasaikan dan dihadapi dengan berani.
Agar tak ada hati yang tersakiti.

Sejatinya, tak ada masalah yang terlalu besar.
Karena aku punya Tuhan Yang Mahabesar.

Cara Alam

Alam...
Selalu punya cara tersendiri,
untuk memukau manusia dengan keindahan Tuhan melalui ciptaan-Nya.

Alam...
Selalu punya cara tersendiri,
untuk menyadarkan manusia betapa besar Tuhan dan kuasa-Nya.

Alam...
Selalu punya cara tersendiri,
untuk membuat manusia bersyukur atas apa yang Tuhan kehendaki pada makhluk-Nya.

Dan seluruhnya, Alam lakukan atas izin Tuhannya.

Sayangnya, tak banyak manusia yang mampu menangkap maksud alam tersebut.
Tak sedikit manusia yang lalai hingga kufur atas nikmat Tuhan tersebut.
Tak sedikit pula Manusia yang ingkar hingga ia lupa bahwa nyawanya akan dijemput Malaikat Maut.