Kau ingin apresiasi dari mereka?
Tak akan kau dapatkan.
Percayalah.
Kecuali segelintir dari mereka yang peduli.
Atau segelintir dari mereka yang pernah merasakan hal yang sama seperti yang kau rasa.
Menurutku, karya tak butuh pujian, apalagi pengakuan.
Karena sejatinya ia sudah dipuji dan diakui sejak dalam pikiran tanpa perlu diungkapkan.
Yang karya butuhkan adalah inspirasi.
Inspirasi yang mendasari pengerjaan karya tersebut.
Dan inspirasi yang ingin disampaikan dari hasil karya tersebut.
Sama halnya tulisan ini, aku tak berharap kau puji,–karena pasti tak akan kau lakukan. Tapi semoga bisa menginspirasi.
Tak hanya karya, begitu juga manusia.
Selalu ingin diakui keberadaannya oleh manusia lain.
Kalau tidak, bisa-bisa ia tersinggung.
Tak menutup kemungkinan, ia juga bisa marah.
Manusia itu adalah aku.
Aku percaya itu juga kamu.
Dan kita semua.
Pandai-pandailah mengakui dan/atau mengapresiasi manusia dan/atau karya.
Sekecil apapun itu.
Karena bagi yang menerimanya, akan menggairahkan semangat untuk terus memperbarui diri dan karyanya.
Kau pun pasti merasa begitu juga kalau dipuji.
Bersabar-sabar pulalah jika itu tak bertimbal balik kepadamu.
Karena tak semua orang pandai mengungkapkan apresiasinya.
Lagi-lagi, cukup pikirkan mereka sudah mengapresiasi dalam pikiran.
Meskipun itu tidak benar-benar terjadi.
Aku menulis ini bukan berarti pandai mengapresiasi atau sabar menahan diri.
Hanya sebatas pengingat agar aku pandai mengapresiasi dan bisa sabar menahan diri.
Maka dari itu, teruslah berkarya.
Hingga kau tak sadar dan tak lagi peduli akan banyaknya apresiasi yang datang tanpa diminta.
Karya tetaplah sebuah karya.
Tak ada karya yang jelek.
Meskipun ia benar-benar jelek,
Ia tetap sebuah karya.
Bagi kau yang belum berkarya dan masih berdiam diri.
Apa yang kau tunggu?
Apa yang ingin kau banggakan?
Apa yang akan kau persembahkan?
Ayolah...
Ayo berubah!