-->

Welcome!

I am Rafif Difa a Student an Organizer a Sociowriter

View Creation Contact Me!

About Me

Student
Organizer
Sociowriter
Hello, I am

Muhammad Rafif Difa

"Yang lebih baik dariku banyak. Tapi yang seperti aku, hanya aku."

Kenalin. Namaku Muhammad Rafif Difa. Kelahiran Medan, 20 Agustus 2001. Mahasiswa Institut Agama Islam Tazkia Bogor, jurusan Bisnis dan Manajemen Syariah. Ikuti terus tulisanku di blog ini. Semoga dapat menginspirasi.

Student

Student college at Tazkia Institute,

Department Sharia Business and Management

Organizer

Founder Tembung Kreatif

Sociowriter

Daily writer

My Blog

Profil M. Rafif Difa


Klik tautan berikut untuk melihat profil saya lebih lanjut : 



Lihat juga profil saya di video berikut ini :


Second Support System

Aku seperti menemukan keluarga baru. Yang mereka menerima dan menyayangiku tanpa tapi. Tiba di hari keberangkatanku kembali ke perantauan, mereka hadir mengantarku tanpa diminta. Berbondong datang ke rumah dengan mobil dan motor hendak mendampingi kepergianku ke kota hujan, Bogor. Tak disangka. Memang beberapa bulan kebelakang aku selalu bercengkrama dengan mereka, karena beberapa urusan organisasi dan kampung. Tak jarang juga bercengkrama hanya untuk sekedar menghabiskan waktu luang. Ntah lah kepergianku suatu hal yang menyenangkan atau menyedihkan bagi mereka, aku harap kepergianku tak pernah diharap oleh mereka.

Tak seperti perjalanan sebelumnya yang menguras sedikit air mata, kali ini tak ada satu air mata pun yang jatuh. Aku sendiri pun heran mengapa tak ada kesedihan tampak di wajah dan mataku. Apakah karena hatiku sudah keras atau memang karena aku sudah bisa mengambil sikap dalam hal ini? Meskipun begitu, tetap di dalam hatiku sudah banjir kesedihan dan keharuan.


Keluarga Ikatan Remaja Masjid Nurul Islam (IRMANIS)

Sambirejo Timur, Percut Sei Tuan, Deli Serdang

Buta


Tuhan
Bolehkah aku berbakti kepadanya melebihi baktiku pada orang tuaku?

Tuhan
Bolehkah aku menuntutnya daripada dituntun kalamMu?

Tuhan
Bolehkah aku mengikutinya daripada mengikuti utusanMu?

Tuhan
Bolehkah aku mencintainya melebihi cintaku padaMu?

Bolehkah Tuhan?

Meskipun aku tahu jawabannya.
Namun, cinta ini buatku buta.

Karena memang sejatinya dan seharusnya,

Aku berbakti kepadanya karena baktiku pada orang tuaku.
Aku menuntunnya karena dituntun kalamMu.
Aku mengikutinya karena mengikut utusanMu.
Aku mencintainya karena cintaku padaMu.

Tuhan,
Bantu aku.

Cinta Benci


Seluruh aktivitas yang kita lakukan di muka bumi ini, –secara sadar atau tidak– dikerjakan karena dan atas nama CINTA.

Lawan Cinta adalah BENCI. Dan mereka akan selalu berjalan beriringan.

Maka dari itu, seluruh aktivitas yang kita lakukan di muka bumi ini, –secara sadar atau tidak– pun dikerjakan karena dan atas nama BENCI.

Ya memang terkadang tidak semua pandai  mengekspresikan keduanya atau lebih tepatnya malas mendefinisikannya.

Karena sejatinya cinta dan benci tak perlu kita deskripsikan, cukup kita lakukan.

Pekerjaan cinta adalah memberi. Semakin banyak kita memberi, semakin banyak kita menerima.

Pekerjaan benci adalah menolak. Semakin banyak kita menolak, semakin jauh jarak dengan yang ditolak.

Namun, Cinta dan Benci tak boleh sampai buat kita buta. Buta melihat kebenaran dan kesalahan. Buta melihat kebaikan dan keburukan. Karena itu adalah hal yang mutlak.

Contoh, ketika kita berperang sejatinya bukan karena sekedar benci akan keburukan musuh di depan mata, tapi karena cinta kita kepada orang-orang yang ada dibelakang kita yang membersamai dalam lingkaran kebaikan.

Begitu pula cara kerja Dakwah, dikerjakan atas nama Cinta dan Benci, sampai-sampai K.H. Rahmat Abdullah menyampaikan dalam puisinya,

"Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu. Tubuh yang luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari."

Kekuatan Cinta membawa semangat, energi positif, dan hal lainnya yang membuat si pecinta dan yang dicintai tumbuh. Cinta menguatkan, bukan melemahkan. Oleh karena itu, kita lebih sering melihat sisi-sisi kehidupan karena Cinta. Dan tak dielakkan pula, kita membenci pun karena cinta.

Begitupun saat aku menulis tulisan ini,
Karena aku cinta kebersamaan dan benci kesendirian.
Walau terkadang aku benci keramaian dan cinta kesepian.

Aku benci diriku, karena aku cinta.

Manusia Butuh Pujian

Kau ingin apresiasi dari mereka?
Tak akan kau dapatkan.
Percayalah.
Kecuali segelintir dari mereka yang peduli.
Atau segelintir dari mereka yang pernah merasakan hal yang sama seperti yang kau rasa.

Menurutku, karya tak butuh pujian, apalagi pengakuan.
Karena sejatinya ia sudah dipuji dan diakui sejak dalam pikiran tanpa perlu diungkapkan.

Yang karya butuhkan adalah inspirasi.
Inspirasi yang mendasari pengerjaan karya tersebut.
Dan inspirasi yang ingin disampaikan dari hasil karya tersebut.

Sama halnya tulisan ini, aku tak berharap kau puji,–karena pasti tak akan kau lakukan. Tapi semoga bisa menginspirasi.

Tak hanya karya, begitu juga manusia.
Selalu ingin diakui keberadaannya oleh manusia lain.
Kalau tidak, bisa-bisa ia tersinggung.
Tak menutup kemungkinan, ia juga bisa marah.
Manusia itu adalah aku.
Aku percaya itu juga kamu.
Dan kita semua.

Pandai-pandailah mengakui dan/atau mengapresiasi manusia dan/atau karya.
Sekecil apapun itu.
Karena bagi yang menerimanya, akan menggairahkan semangat untuk terus memperbarui diri dan karyanya.
Kau pun pasti merasa begitu juga kalau dipuji.

Bersabar-sabar pulalah jika itu tak bertimbal balik kepadamu.
Karena tak semua orang pandai mengungkapkan apresiasinya.
Lagi-lagi, cukup pikirkan mereka sudah mengapresiasi dalam pikiran.
Meskipun itu tidak benar-benar terjadi.

Aku menulis ini bukan berarti pandai mengapresiasi atau sabar menahan diri.
Hanya sebatas pengingat agar aku pandai mengapresiasi dan bisa sabar menahan diri.

Maka dari itu, teruslah berkarya.
Hingga kau tak sadar dan tak lagi peduli akan banyaknya apresiasi yang datang tanpa diminta.

Karya tetaplah sebuah karya.
Tak ada karya yang jelek.
Meskipun ia benar-benar jelek,
Ia tetap sebuah karya.

Bagi kau yang belum berkarya dan masih berdiam diri.
Apa yang kau tunggu?
Apa yang ingin kau banggakan?
Apa yang akan kau persembahkan?
Ayolah...
Ayo berubah!

Judulnya Belakangan

Cantik lekuk tubuhmu.
Buat ku tak mau beranjak.

Indah senyum adatmu.
Buat ku tak ingin menolak.

Ingin kupeluk erat tubuhmu dan kucium aromanya yang beraneka, tak lupa kujamah pula setiap jengkalnya, merasuk menyatu bersamamu.

Panas dingin tubuhmu, manis asin pahit pedas bercampur jadi satu.

Tak kan kubiarkan yang lain mendekat.
Jika mereka ingin coba-coba, akan hilang kubuat.

Banyak yang sudah kau berikan padaku.
Aku pun akan berjuang tuk beri semua punyaku.

Aku adalah kamu.
Kamu adalah aku.
Kita satu dan akan terus maju.

Aku tau saat ini kau sedang sakit-sakitnya.
Aku pun begitu, menahan rindu karena tak bisa berjumpa.
Sabarlah sayang, semoga semua kan baik-baik saja.

Tak ada yang inginkan ini.
Namun semua sudah terjadi.

Aku selalu berdoa untuk kesembuhanmu.
Begitupun orang lain yang menyayangimu.

Ikhtiar dan doa terbaik yang bisa dilakukan, lakukanlah.
Tak sekedar bicara masalah, namun ide-ide harus terus diasah.
Agar saat berjumpa kembali, ada perubahan yang terjadi.

Baik-baik terus ya
Indonesiaku.

Hey, Aku Rindu!

Masihkah rasa itu menggebu seperti dulu?
Saat awal kau mengenalku.

Di dadaku, rasa itu semakin bergelora.
Di dirimu, tak ku tau apakah sama?

Pada masa lalu yang masing-masing kita punya,
Aku tak permasalahkan seperti apa.

Pada masa depan di depan mata.
Baiknya mulai kita tata.

Untuk kau ketahui cintanya seorang lelaki,
Tak rela engkau didekati lelaki lain barang sesaat pun.
Dengan dan tanpa alasan apapun.

Bahkan diceritakan dirimu oleh orang lain pun ia tak sudi mendengarkan.
Walau yang dibicarakan adalah kebaikan.

Karena menurutnya yang berhak bercerita tentang dirimu hanya si lelaki,
Yang cintanya teramat dalam pada sang pujaan hati.

Kuharap rasa itu masih dan selalu menggebu,
Tak ingin padam dan selalu merindu.

Tapi satu hal yang perlu kau tau.
Aku takut mencintaimu karena nafsu.
Bukan karena ilmu.

Bagaimana sikapmu?
Maaf aku belum bisa tegas dalam hal itu.


Deli Serdang, 27 April 2020

Tak Ada Yang Bisa Dipercaya


Beberapa tak sesuai ekspektasi.
Tapi selebihnya patut disyukuri.

Kepada siapa aku akan bercerita dengan ria,
mengadu dengan tersedu,
berbagi tawa bahagia,
tak lupa pula meluapkan air mata duka yang kurasa.

Hanya kepadaMu-lah satu-satunya
tempat terakhirku bercerita segala suka dan duka,
mengadu tangis dan tawa,
mengeluhkan resah gelisah di dalam jiwa,
serta sesak yang membelenggu di dalam dada.

Tempatku ingin bercerita di saat sekarang, ragu-ragu ku untuk mengungkapkannya.
Begitupun tempatku bercerita sebelumnya, kini tak bisa lagi mendengar kisahku dengan sempurna. Beberapa sibuk dengan kisahnya masing-masing.
Beberapa yang lain sibuk mengerjakan hal-hal yang dianggap penting.
Dan beberapa yang lainnya bahkan tak mau ambil pusing.

Ternyata memang benar,
Berharap selain kepada-Nya,
tak akan pernah usai rasa kecewa.
Yang ada hanya akan menambah beban di dalam jiwa dan raga.

Kepada Engkaulah kuberserah diri,
Mencurahkan isi hati,
Memanjatkan doa terbaik untuk diri ini dan nanti.
Sembari selalu bermuhasabah dan berintrospeksi.
Memperbaiki kapasitas diri
Serta meningkatkan kualitas iman di hati.


Dramaga-Cilember, 11 Maret 2020

Menabung Kecewa


Aku selalu menginginkan kehadirannya.
Tapi sepertinya, aku hanya selingan belaka di hidupnya.
Lebih parahnya, ia seolah tak pernah benar-benar menganggapku ada.

Aku selalu menginginkan kehadirannya.
Walau aku tau resikonya.
Kecewa.
Ya, kecewa.

Ntah aku yang akan mengecewakan,
Atau aku yang akan dikecewakan.
Sebab belum saatnya aku memikirkan,
Karena banyaknya cita-cita dan impian yang harus direalisasikan.

Begitupun, banyak lagi orang yang akan dijumpai.
Dengan karakter dan sifat yang lebih baik lagi.
Tapi yang seperti dia, hanya dia.
Dan yang seperti aku, hanya aku.

Mungkin aku terlihat kuat.
Namun nyatanya hanya modal nekat.


Medan, 17 April 2020

Bibit itu


Bibit itu, yang dulu hampir mati, kini tumbuh kembali.
Haruskah kita semai dan rawat hingga tumbuh besar dan bunganya mekar?

Bibit itu, yang dulu hampir mati, kini tumbuh kembali.
Mungkinkah bibitnya hanya ada padaku, tanpa dimiliki olehmu?

Bibit itu, yang dulu hampir mati, kini tumbuh kembali.
Jika aku membiarkannya tumbuh subur,  aku takut tetiba terpikir untuk kabur, lalu siapa yang berani mengubur?

Bibit itu, yang dulu hampir mati, kini tumbuh kembali.

Deli Serdang, 8 April 2020

Untukmu Yang Berulang Tahun

Hallo... Assalamu’alaikum
Apa kabar? Semoga baik-baik aja ya?

Hari ini cerah ya. Secerah harapan orang-orang yang berharap. Bagi mereka yang tak punya harapan, secerah apapun harinya ia pasti akan selalu muram. Berharaplah... Ya setidaknya dengan harapan itu kita akan terus semangat untuk berbuat kebaikan.

Eh, btw liat matahari tadi pagi gk? Ia terbit sambil tersenyum, sepertinya masih sampai sekarang, kuharap juga sampai hari ini selesai. Langit juga dihiasi dengan awan, meneduhkan mereka yg beraktivitas. Semilir angin berhembus tenang, ditambah kicauan burung dan gemericik kolam, waahhh rasanya sangat tentram.

Entahlah, sepertinya alam tau kalau hari ini sedang ada yang berbahagia, dengan bertambahnya umur si dia, makanya alam turut berbahagia dengan fenomenanya.

Tapi satu hal yang perlu diketahui dan diingat kembali, bahwa penambahan umur sejalan dengan pengurangan jatah hidup di dunia fana ini. Kuharap ia tak lupa bermuhasabah dan berintrospeksi, agar dapat meningkatkan kualitas amal dan iman di hati.

Kuharap sama dengan diri ini. Semoga tak hanya jago menasehati, tapi juga mampu memperbaiki diri sendiri.

Akhirnya, Barakallah fii umrik Sahabat. Anak Ibu dan Bapak. Doaku, semoga doa ia dikabulkan Allah Yang Maha Pemberi Rizki, karena sejatinya hanya ia yang tau keinginan dan kebutuhannya kini dan nanti, dan hanya Allah-lah yg dapat memenuhi. Harapanku juga, semoga harapan ia tercapai sesuai keinginan di hati, tingkatkan prestasi, dan mari berkontribusi untuk negeri.

Wassalamu’alaikum...



Muhammad Rafif Difa’
(Yang raganya akan segera pergi. Ntahlah dengan jiwanya, kuharap ia turut bersama.)

Jika Kamu Sebuah Buku



Jika kamu sebuah buku, mungkin kamu adalah buku terbaik yang pernah kumiliki.
Buku yang selalu ingin kubawa untuk menemaniku kemanapun aku pergi.
Buku yang selalu ingin kubaca setiap waktu di setiap hari.
Buku yang ceritanya tak pernah selesai.
Buku yang selalu buat rasa penasaranku tak pernah usai.

Sayangnya, aku hanya satu dari banyak pecinta buku. Kamu bisa dibaca oleh siapapun, dimiliki oleh siapapun, dijaga dengan lebih baik oleh siapapun.

Andai hanya kamu satu-satunya buku, bolehkah aku yang memilikimu?


Deli Serdang, 6 April 2020

Aku, Dia, Mereka. (Masalah)


Hmmm...
Siapa sebenarnya yang salah?
Aku? Dia? Atau Mereka?
Dia menyalahkan mereka.
Mereka menyalahkan aku.
Aku menyalahkan dia.
Tak ada ujungnya..

Ntahlah, Aku bingung harus berbuat apa.
Aku bingung harus bercerita kepada siapa.
Seolah-olah tak ada lagi orang yang bisa kupercaya.

Aku selalu berpikir lagi dan lagi.
Kehadiranku, apakah sebagai pembuat masalah atau pemberi solusi?
Apakah sebagai musibah atau rahmat dari Ilahi?
Tak lupa sembari intropeksi dan bermuhasabah diri.

Pikiranku mengamuk.
Hal-hal dan ide negatif di otakku berkecamuk.
Namun masalah tak boleh dihindari.
Harus diselasaikan dan dihadapi dengan berani.
Agar tak ada hati yang tersakiti.

Sejatinya, tak ada masalah yang terlalu besar.
Karena aku punya Tuhan Yang Mahabesar.

Cara Alam

Alam...
Selalu punya cara tersendiri,
untuk memukau manusia dengan keindahan Tuhan melalui ciptaan-Nya.

Alam...
Selalu punya cara tersendiri,
untuk menyadarkan manusia betapa besar Tuhan dan kuasa-Nya.

Alam...
Selalu punya cara tersendiri,
untuk membuat manusia bersyukur atas apa yang Tuhan kehendaki pada makhluk-Nya.

Dan seluruhnya, Alam lakukan atas izin Tuhannya.

Sayangnya, tak banyak manusia yang mampu menangkap maksud alam tersebut.
Tak sedikit manusia yang lalai hingga kufur atas nikmat Tuhan tersebut.
Tak sedikit pula Manusia yang ingkar hingga ia lupa bahwa nyawanya akan dijemput Malaikat Maut.

Soal Cinta & Hati


Bicara soal Cinta, katanya tak ada rumusnya.
Bicara soal Hati, katanya tak ada yang pasti.

Banyak manusia yang terpedaya dan terbuai oleh keduanya.
Salah mengekspresikan cinta dalam hidupnya.
Sehingga tak mampu menjaga kesucian hati.
Bahkan tak sedikit yang rela merusak kehormatan diri.

Aku berlindung kepada Sang Pemilik Cinta, Pembolak balik hati.
Agar dijauhkan dari keburukan keduanya.
Pun agar dijauhkan dari pengalihan energi negatif yang ditimbulkan oleh keduanya.

Aku memohon kepada Sang Pemilik Cinta, Pembolak balik hati.
Agar selalu meneguhkan cinta dan hatiku di jalan-Nya.
Dan agar mampu mengalirkan energi positif dari keduanya,
untuk tetap semangat memperbaiki diri,
serta berkontribusi untuk Agama dan Negeri.


Cilember, 26 Februari 2020